Nutrisionis Nurhayati,
SST
SERIBU HARI MENGANTAR BALITA
KEBERHASILAN NURHAYATI MELAWAN STUNTING (KEKERDILAN) DI GANTIWARNO, KLATEN, MEMBUAHKAN ANUGRAH TENAGA KESEHATAN TELADAN NASIONAL.
KEPRIHATINAN Nurhayati,
SST terhadap kian meningkatnya kasus stuting
atau kekerdilan anak di daerahnya, menghantarkan nutrisionis
di Puskesmas Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini meraih
penghargaan Tenaga Kesehatan Teladan Nasional.
“Stunting
sebenarnya merupakan masalah kesehatan yang sangat serius, karena dampaknya
sangat berpebgaruh terhadap kualitas generasi bangsa,” kata alumni DIII Gizi Akademi Gizi Yogyakarta lulus
1996 dan DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta tahun 2011 tadi.
Dampak buruk stunting jangka pendek,
menurut Nurhayati menyebabkan terganggunya perkembangan otak, menurunkan
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme tubuh.
Sedangkan resiko jangka panjangnya, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi
belajar, menurunnya percaya diri, berkurangnya kesempatan pendidikan dan
pekerjaan.
Anak yang terlahir kerdil, lanjut Nurhayati yang
diangkat PNS dan ditugaskan di Puskesmas Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten
Klaten, sebagai nutrisionis sejak 1 Juni 2006, beresiko juga obesitas (kegemukan) dan
beresiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Baik diabetes mellitus,
hipertensi, dan jantung koroner di usia tua.
“Stunting sangat berdampak juga menurunkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia, menurunkan produktivitas, bahkan daya saing
bangsa dan negara kita,” jelas warga Dukuh Prapatan RT 03 RW 02, Desa
Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, tadi.
Dia jelaskan juga, di Kecamatan Gantiwarno
tahun 2010 ditemukan 33 persen balita
tergolong stunting, kasus ini dialami satu dari tiga anak. Setelah program
perbaikan gizi berjalan, tahun 2013 jumlah balita stunting turun jadi 16
persen. Tak hanya di wilayah kerjanya, skala nasional menurut dia hingga tahun
2012 lalu, sedikitnya tercatat 36 prosen Balita Indonesia terkena stunting.
Di
Kecamatan Gantiwarno, sebagaimana dijelaskan istri Wahyu Joko Susanto, SPd, yang kini mengajar di SMA N 1 Wedi, Klaten, tadi tingginya kasus
stunting lebih dikarenakan kurangnya kesadaran ibu rumah tangga terhadap
pemenuhan gizi dan pemberian air susu ibu (ASI) kepada Balita-nya.
“Tahun 2006 lalu, setelah gempa bumi dahsat mendera
daerah kami bantuan susu formula melimpah ruah. Justru karena itulah yang memicu
ibu-ibu
malas menyusui bayinya, hingga banyak anak-anak yang kekurangan gizi,” kisah
ibu dua anak, Fauzi Hizbullah dan M Farhan Fadhlillah tadi,
diwawancarai di sela-sela acara ‘Lomba
cipta menu Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis pangan
lokal’ di Pendopo Kantor Kecamatan Gantiwarno, Kamis lalu.
Upaya pencegahannya, menurut Nurhayati melakukan perbaikan
gizi sejak ibu rumah tangga sebelum hamil, pada saat hamil dan setelah
melahirkan hingga bayinya berusia dua tahun. Program yang dia rintis sejak
tahun 2006 ini, dinamai ‘Games Ganti Canting’ atau Gerakan Masyarakat Gantiwarno Cegah Stunting. Pelaksanaannya
di tengah masyarakat, direalisasikan dengan gerakan terpadu yang melibatkan
banyak elemen masyarakat maupun berbagai steak holder terkait.
Program yang disebut juga pemantauan dan pengawalan 1.
000 hari sejak awal kelahiran anak ini, lanjut dia dimulai dengan diadakannya konseling
terhadap calon pengantin, pengukuran hemoglobin, dan pengawalan pemberian air
susu ibu dengan Kartu Kawal ASI. Intuk itu juga, Nurhayati gigih dan tiada kata
lelah melakukan demo pembuatan makanan pendamping ASI, terutama di setiap
kegiatan Posyandu hingga ke pelosok desa.
“Alhamdulillah,
gerakan mencegah ketidaksesuaian tinggi badan ini mendaapat dukungan pro aktif
dari semua pihak. Tidak hanya camat dan kepala desa se Kecamatan Gantiwarno,
tokoh-tokoh agama pun ikut mempromosikan melalui ceramah agama yang
diselenggarakan masyarakat,” kiat alumni SDN 1
Karangturi tahun 1987, SMP N 1 Wedi tahun 1990, dan SMA 1 Klaten
tahun 1993 tadi. Buah program kemasyarakatan yang dia pelopori tadi, Tahun
2009 lalu, Kecamatan Gantiwarno ditetapkan sebagai Kecamatan Sayang Bayi.
Prestasi lainnya yang pernah juga diraih Nurhayati
antara lain Juara III Nutrisionis teladan Kabupaten Klaten tahun 2009,
Wisudawan berprestasi III Jurusan DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta tahun
2011, Juara I Nutrisionis teladan Kabupaten Klaten tahun 2013, Juara I Lomba
Penyuluhan Kader PKK Provinsi Jawa Tengah tahun 2014, Juara I
Nutrisionis teladan Provinsi Jateng tahun 2014, dan Juara I Tenaga Kesehatan
Teladan Nasional tahun 2014.
![]() |
foto : kustawa esye/ cempaka |
Prestasinya tingkat nasional itulah yang membawanya ke
Istana Negara, Agustus lalu Nurhayati mengikuti
upacara HUT Kemerdekaan RI ke-69 bersama Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Selain dapat berada
begitu dekat dengan Presiden dan Ibu Negara, kala itu dia juga mengaku
berkesempatan ramah tamah dengan Menteri Kesehatan, mengunjungi gedung DPR, dan
jalan-jalan ke Dufan dan Monas.
Berbagai kegiatan di Ibu Kota tadi, menurutnya dilaksanakan
seusai menerima penghargaan sebagai tenaga kesehatan teladan nasional, bersama
para teladan lain berbagai kategori dan daerah lain. Satu hari sebelumnya,
Nurhayati memaparkan makalahnya perihal ‘Gerakan Masyarakat Gantiwarno Cegah
Stunting’ atau disingkat ‘Gemas Ganti Canting’ dihadapan empat juri dari
Kementerian Kesehatan.
Para
nominator tingkat nasional selain Nurhayati terbagi dalam empat kategori, yakni
medis (dokter dan dokter gigi), paramedis (perawat dan bidan), kesehatan
masyarakat (tenaga kesehatan lingkungan, analis), dan gizi. Masing-masing
kategori diambil satu makalah terbaik, kemudian dipresentasikan di depan juri
dari Kemenkes.
Berbekal
pengalaman kegigihan dan keuletannya menjalankan program ‘Gemas Ganti Canting’
di masyarakat plus kepiawiannya presentasi, nutrisionis yang telah beberapa
tahun sukses menurun drastiskan kasus stunting di daerahnya tadi, meraih juara I Tenaga Kesehatan Teladan Nasional tahun 2014,
mengungguli 135 pesaingnya dari 33 provinsi se Indonesia. [kustawa esye]
www.tabloidcempaka.com [Suara Merdeka Network]
Edisi: 32 -XXV - 1 s/d 7 Nopember 2014 - Hal 27 - cermin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar