Jumat, 07 November 2014

Petung Neptu Wuku Jokowi

TELUR NAGA EMAS JOKOWI
 Tabloid Cempaka [Suara Merdeka Network] Edisi : 32 []  XXV [] 1 - 7 N0vember 2014

Konsultasi Pawukon Diasuh Ki Panji Koeswening 
JOKOWI atau Joko Widodo, semua orang mengenal dan mengetahui tokoh fenomenal sekelas Presiden Amerika Obama ini. Namun demikian, tak lebih yang kita ketahui hanya sosok foramalnya. Andaikan kacang, hanya kulit  luarnya saja.  Karena itulah, kami memohon Ki Panji Koeswening menguraikan karakteristik Jokowi, menurut perhitungan pawukonnya.
Kresna Lisytiono – 0852 9393 xxxx

Menurut spirit jiwa jawaning wong Jawi,   kepribadian dan atau karakteristik dasar seseorang dapat ditelaah dari  perhitungan neptu hari pasaran kelahirannya. Jokowi lahir  21 Juni 1961 menurut penanggalan tahun Masehi, bertepatan tanggal 7 Sura 1893 menurut petung pananggalan tahun Jawa,  neptu hari pasarannya Rabu Pon.
Petung neptu hari pasarannya Rabu (7) dan Pon (7)  jumlahnya 14 dilambangkan Lebu Katiup Angin, bermakna kebaikan yang diberikan mudah terlupakan.  Sedangkan petung Pancasuda-nya 12, cinandra Satria Wirang berarti jalan hidupnya sering mendapatkan finah.
Itulah sebabnya, dibalik kesuksesan Jokowi selalu dibayang-bayangi kabar miring, perihal kepribadian dan jatidirinya. Sejak dicalonkan Wali Kota Solo, hingga pemilihan Gubernur DKI, Jokowi tak lepas dirundung fitnah dari empat penjuru mata angin. Terlebih selama pencalonan presiden, hingga ditetapkan calon  presiden terpilih, dan pelantikannya sebagai pucuk pimpinan negeri, fitnah yang ditujukan kepada dia maupun keluarganya, silih berganti tiada henti.
Walau demikian, dibalik aura spiritual negatif itu, sebenarnya juga ada sisi positifnya. Perhitungan paarasan  weton Jokowi yang berjumlah 14, juga dilambangkan Lakuning Rembulan,  sepanjang hidupnya akan selalu disenangi dan disegani banyak orang.
Tak aneh, mantan pengusaha mebeler ini, baik dalam dua kali pemilihan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI,  meraih dukungan dan simpati tertinggi. Demikian juga dalam Pilpres 2014, Jokowi terbukti meraih suara lebih banyak katimbang lawan politiknya.  
Selain itu, Lakune Rembulan juga mengisaratkan sebagai orang yang penuh keberuntungan, karena setiap tindakannya dirancang dan direncanakan secara cermat serta penuh hati-hati. Jokowi juga ditaqdirkan sebagai pekerja keras, tidak mudah putus asa, terbuka menerima kritik orang lain, dan sangat memikirkan nasib wong cilik.  
Perihal kimitmennya terhadap rakyat yang memberikan amanah kepadanya, dia juga sangat klop dengan perhitungan Pranato Mongso  kelahirannya. Candra Mangsa Sadha  yang disandang Jokowi, Tirta Sah Saka Sasana  arti secara harfiahnya air lenyap dari tempatnya.  
Kehidupannya sangat dipengaruhi Batari Sri dan Batara Sadana, keduanya dewa dan dewi pembagi rejeki kepada umat manusia. Selain dikaruniai kecerdasaan dan kuat fellingnya,  juga pandai bergaul dan dapat menempatkan diri dengan tata krama serta penampilan  yang mengesankan.
Angka kelahiran  Jokowi masuk hitungan wuku  kesepuluh, nama wuku-nya Sungsang, candra wuku-nya ‘kesaput ing mendhung’, ingin selalu beramal baik, dan rela berkorban. Selebihnya Jokowi juga diselimuti aura spiritual ‘telur naga emas’, jikalau telah menetas dan pecah, aura anak naga emasnya tak dapat dibendung,  akan menebar ke seluruh penjuru dunia.
     Telur naga emas Jokowi menetas di pencalonannya Wali Kota Solo, itulah sebabnya  dia terpilih hingga dua periode, belum habis masa jabatannya di Kota Bengawan, Jokowi sukses melenggang ke Ibu Kota terpilih sebagai Gubernur DKI. Dan, di tahun 2014 ini karir politik dan kepemimpinannya melonjak drastis, terpilih sebagai Presiden RI tahun 2014 – 2019. [*]

Rabu, 05 November 2014

Nutrisionis Nurhayati, SST

Nutrisionis Nurhayati, SST
SERIBU HARI MENGANTAR BALITA

KEBERHASILAN NURHAYATI MELAWAN STUNTING (KEKERDILAN)  DI GANTIWARNO, KLATEN, MEMBUAHKAN ANUGRAH TENAGA KESEHATAN TELADAN NASIONAL.

foto : kustawa esye/ cempaka
KEPRIHATINAN Nurhayati, SST terhadap kian meningkatnya kasus stuting atau kekerdilan anak di daerahnya, menghantarkan nutrisionis di Puskesmas Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini meraih penghargaan Tenaga Kesehatan Teladan Nasional.

“Stunting sebenarnya merupakan masalah kesehatan yang sangat serius, karena dampaknya sangat berpebgaruh terhadap kualitas generasi bangsa,” kata alumni DIII Gizi Akademi Gizi  Yogyakarta lulus 1996 dan DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta tahun 2011 tadi. 

Dampak buruk  stunting jangka pendek, menurut Nurhayati menyebabkan terganggunya perkembangan otak, menurunkan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme tubuh. Sedangkan resiko jangka panjangnya, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya percaya diri, berkurangnya kesempatan pendidikan dan pekerjaan.

Anak yang terlahir kerdil, lanjut Nurhayati yang diangkat PNS dan ditugaskan di Puskesmas Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, sebagai nutrisionis sejak 1 Juni 2006,  beresiko juga obesitas (kegemukan) dan beresiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Baik diabetes mellitus, hipertensi, dan jantung koroner di usia tua.

“Stunting sangat berdampak juga menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, menurunkan produktivitas, bahkan daya saing bangsa dan negara kita,” jelas warga Dukuh Prapatan RT 03 RW 02, Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, tadi.

Dia jelaskan juga, di Kecamatan Gantiwarno tahun  2010 ditemukan 33 persen balita tergolong stunting, kasus ini dialami satu dari tiga anak. Setelah program perbaikan gizi berjalan, tahun 2013 jumlah balita stunting turun jadi 16 persen. Tak hanya di wilayah kerjanya, skala nasional menurut dia hingga tahun 2012 lalu, sedikitnya tercatat 36 prosen Balita Indonesia terkena stunting.

Di Kecamatan Gantiwarno, sebagaimana dijelaskan istri Wahyu Joko Susanto, SPd, yang kini mengajar di  SMA N 1 Wedi, Klaten, tadi tingginya kasus stunting lebih dikarenakan kurangnya kesadaran ibu rumah tangga terhadap pemenuhan gizi dan pemberian air susu ibu (ASI) kepada Balita-nya. 
foto: kustawa esye/cempaka
“Tahun 2006 lalu, setelah gempa bumi dahsat mendera daerah kami bantuan susu formula melimpah ruah. Justru karena itulah yang memicu ibu-ibu malas menyusui bayinya, hingga banyak anak-anak yang kekurangan gizi,” kisah ibu dua anak, Fauzi Hizbullah dan M Farhan Fadhlillah tadi, diwawancarai di sela-sela  acara ‘Lomba cipta menu Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis pangan lokal’ di Pendopo Kantor Kecamatan Gantiwarno,  Kamis lalu.

Upaya pencegahannya, menurut Nurhayati melakukan perbaikan gizi sejak ibu rumah tangga sebelum hamil, pada saat hamil dan setelah melahirkan hingga bayinya berusia dua tahun. Program yang dia rintis sejak tahun 2006 ini, dinamai ‘Games Ganti Canting’ atau Gerakan Masyarakat Gantiwarno Cegah Stunting. Pelaksanaannya di tengah masyarakat, direalisasikan dengan gerakan terpadu yang melibatkan banyak elemen masyarakat maupun berbagai steak holder terkait.

Program yang disebut juga pemantauan dan pengawalan 1. 000 hari sejak awal kelahiran anak ini, lanjut dia dimulai dengan diadakannya konseling terhadap calon pengantin, pengukuran hemoglobin, dan pengawalan pemberian air susu ibu dengan Kartu Kawal ASI. Intuk itu juga, Nurhayati gigih dan tiada kata lelah melakukan demo pembuatan makanan pendamping ASI, terutama di setiap kegiatan Posyandu hingga ke pelosok desa.

“Alhamdulillah, gerakan mencegah ketidaksesuaian tinggi badan ini mendaapat dukungan pro aktif dari semua pihak. Tidak hanya camat dan kepala desa se Kecamatan Gantiwarno, tokoh-tokoh agama pun ikut mempromosikan melalui ceramah agama yang diselenggarakan masyarakat,” kiat alumni SDN 1 Karangturi  tahun 1987, SMP N 1 Wedi tahun 1990, dan SMA 1 Klaten tahun 1993 tadi. Buah program kemasyarakatan yang dia pelopori tadi, Tahun 2009 lalu, Kecamatan Gantiwarno ditetapkan sebagai Kecamatan Sayang Bayi. 
 Prestasi lainnya yang pernah juga diraih Nurhayati antara lain Juara III Nutrisionis teladan Kabupaten Klaten tahun 2009, Wisudawan berprestasi III Jurusan DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta tahun 2011, Juara I Nutrisionis teladan Kabupaten Klaten tahun 2013, Juara I Lomba Penyuluhan Kader PKK Provinsi  Jawa Tengah tahun 2014, Juara I Nutrisionis teladan Provinsi Jateng tahun 2014, dan Juara I Tenaga Kesehatan Teladan  Nasional tahun 2014.

foto : kustawa esye/ cempaka
Prestasinya tingkat nasional itulah yang membawanya ke Istana Negara, Agustus lalu Nurhayati mengikuti  upacara HUT Kemerdekaan RI ke-69 bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain dapat berada begitu dekat dengan Presiden dan Ibu Negara, kala itu dia juga mengaku berkesempatan ramah tamah dengan Menteri Kesehatan, mengunjungi gedung DPR, dan jalan-jalan ke Dufan dan Monas.

Berbagai kegiatan di Ibu Kota tadi, menurutnya dilaksanakan seusai menerima penghargaan sebagai tenaga kesehatan teladan nasional, bersama para teladan lain berbagai kategori dan daerah lain. Satu hari sebelumnya, Nurhayati memaparkan makalahnya perihal ‘Gerakan Masyarakat Gantiwarno Cegah Stunting’ atau disingkat ‘Gemas Ganti Canting’ dihadapan empat juri dari Kementerian Kesehatan.

Para nominator tingkat nasional selain Nurhayati terbagi dalam empat kategori, yakni medis (dokter dan dokter gigi), paramedis (perawat dan bidan), kesehatan masyarakat (tenaga kesehatan lingkungan, analis), dan gizi. Masing-masing kategori diambil satu makalah terbaik, kemudian dipresentasikan di depan juri dari Kemenkes.

Berbekal pengalaman kegigihan dan keuletannya menjalankan program ‘Gemas Ganti Canting’ di masyarakat plus kepiawiannya presentasi, nutrisionis yang telah beberapa tahun sukses menurun drastiskan kasus stunting di daerahnya tadi, meraih juara I Tenaga Kesehatan Teladan Nasional tahun 2014, mengungguli 135 pesaingnya dari 33 provinsi se Indonesia.   [kustawa esye]

www.tabloidcempaka.com [Suara Merdeka Network]
Edisi: 32 -XXV - 1 s/d 7 Nopember 2014 - Hal 27 - cermin

Minggu, 02 November 2014

SPIRIT SPIRITUALE SURA

SPIRIT SPIRITUALE SURA

Dening : Kustawa Esye
Pangarsa Komunitas Kiai Damar Sesuluh
(Spirit Religius, Cultural & Education)

 WULAN Sura nut piwulang spirit spiritual jiwa jawineng wong Jawa, dimaknani wulan laku prihatin. Akeh uga kang nganggep wulan Sura titiwancine mawas dhiri, wektune kontemplasi nyuceni reregeting jiwa lan leletheking ati. Merga pamawas iku, sasuwene wulan Sura kaanggep ora trep lan pantes ngadani adicara mangku gawe kang asipat suka-parisuka lan andrawina.  
Laku spiritual sajroning pucuking warsa nut pananggalan tahun Jawa iki, saliyane ngrancang lan nata kapribadhen, kang ora kena dilalekake uga kudu ngendhalekake kapribaden. Kanthi lelandhesan kakuwatan lan kasadharan spiritual, diyakini sakehing bot repot bisa kasirnakake lan kaleksanan sakehing gegayuhan luhure.
Sura, nut tradhisi lan kapercayaning wong Jawa, diyakini uga minangka wulan angker lan sakral. Masyarakat kang ngudi lan nduweni talenta sensitivitas spiritual alam tan kasat mata (asring sinebut uga indra kaenem) wulan Sura dianggep luwih kenthel aura mitologi mitos mistise tinimbang 11 wulan liyane.
Sura kang ateges ‘dewa’ jroning bahasa Jawa Kawi lan dimaknani ‘wani’ ing kamus bahasa Jawa gagrag anyar, diprecaya uga minangka wulan paling trep kanggo ngesuh budi lan ngleremake jiwa raga, sinebut uga wektu kang jitu (siji banding pitu) kanggo nyadhong berkah karomah uga kanugrahane Gusti Kang Maha Welas lan Asih.
Tumapaking wulan Sura, titiwancine ngayahi kuwajiban luhur laku spiritual. Reresik raga katindakake jroning tradhisi ritual njamasi maneka warna barang aji kang kaanggep pusaka, reresik papan pangibadahan, mbesiki makam leluhure lan liya-liyane. Dene nyuceni jiwa dilakoni kanthi laku prihatin puasa, tirakatan, mawas dhiri, kontemplasi lan ngesuh budi.
Makna filosofi wulan Sura jroning budaya lan mitologi mitos mistis kejawen iku kang ngilhami Sultan Agung Hanyakra Kusuma. Tanggal 08 Juli 1633 Masehi, panjenengane kasil nyawijekake pananggalan tahun Jawa kaliyan pananggalan Islam, tahun Hijriyah.
Akulturasi petung tahun Jawa kang sadurunge adhedhasar pananggalan syamsiah (laku jantrane srengenge), diganti petung penanggalan komariah (adhedhasar laku jantrane rembulan). Merga pananggalan karya ciptane Raja Mataram Dinasti Islam Kapisan iku uga, laku jantra tumapake tanggal 1 Sura (nut petung pananggalan tahun Jawa), tansah tumbuk neptu dina pasaran karo tumapaking tanggal 1 Muharam (miturut petung pananggalan tahun Hijriyah).
Sinebut akulturasi kang kebak kawicaksanan, merga adhedhasar kayakinan agama (Islam) lan saripatining kabudayan Jawa. Tan aneh, karyane Sultan Agung Hanyakra Kusuma kang banget adiluhung iki, kajaba dadi pralambang manunggaling bebrayan agung, uga minangka bukti nyata golong-gilige karukunan utawa toleransi antarumat kang ngrasuk agama ing Tanah Jawa.
Kabudayan Jawa lan agama Islam, wiwit jaman bahulak pancen dudu entitas kang mancing debat kusir, apa maneh njalari crah-congkrahing sakehing warga masyarakat. Pamawas Islam kejawen kang luwih ngutamakake isi katimbang kulite, pancen luwih pas mring citarasa ciri khas-e budaya lan filosofi uripe lan panguripane wong Jawa jroning bebrayan agung.
   Sakeh piwulang utama lan gegayuhan luhuring Sultan Agung Hanyakra Kusuma mau, tan liya minangka tataran laku spiritual-ing manungsa kanggo nggayuh kasampurnaning urip, manunggaling kawula Gusti. Kang sarat saranane tan kena ora kudu ngliwati tataran insan kamil. Yaiku manungsa kang kandel iman ketakwaane mring Gusti Allah, sabar, jujur, lembah manah tan pegat pasedulurane, suka tetulung liyan brayan lan sapanunggalane. [*] 
Kapethik saka JAGAD JAWA SOLOPOS Edisi : Kamis, 09 Desember 2010 , Hal.VII