Selasa, 11 November 2014

Puisi yang Tersembunyi [1]

CERIWIS GERIMIS

gerimis kian ceriwis
kala rinduku mendesis
resah basah di teritis
pilu hati serasa teriris
[cakkoes_0.07@24.12.13]


TERUNTUK [I] DI KOTA [A]

elegi
secawan anggur
kebimbangan

masa lalu-mu

sungguh memabukkan
denyut nadi
separuh jiwa-ku
[cakkoes@selasadinihari_11.o6.13]


JELANG DINI HARI

dini hari menjelang
kau datang
di tengah lubuk gersang
mengulang
menabur segenggam bimbang
[dinihari@15.09.11]

Jumat, 07 November 2014

Petung Neptu Wuku Jokowi

TELUR NAGA EMAS JOKOWI
 Tabloid Cempaka [Suara Merdeka Network] Edisi : 32 []  XXV [] 1 - 7 N0vember 2014

Konsultasi Pawukon Diasuh Ki Panji Koeswening 
JOKOWI atau Joko Widodo, semua orang mengenal dan mengetahui tokoh fenomenal sekelas Presiden Amerika Obama ini. Namun demikian, tak lebih yang kita ketahui hanya sosok foramalnya. Andaikan kacang, hanya kulit  luarnya saja.  Karena itulah, kami memohon Ki Panji Koeswening menguraikan karakteristik Jokowi, menurut perhitungan pawukonnya.
Kresna Lisytiono – 0852 9393 xxxx

Menurut spirit jiwa jawaning wong Jawi,   kepribadian dan atau karakteristik dasar seseorang dapat ditelaah dari  perhitungan neptu hari pasaran kelahirannya. Jokowi lahir  21 Juni 1961 menurut penanggalan tahun Masehi, bertepatan tanggal 7 Sura 1893 menurut petung pananggalan tahun Jawa,  neptu hari pasarannya Rabu Pon.
Petung neptu hari pasarannya Rabu (7) dan Pon (7)  jumlahnya 14 dilambangkan Lebu Katiup Angin, bermakna kebaikan yang diberikan mudah terlupakan.  Sedangkan petung Pancasuda-nya 12, cinandra Satria Wirang berarti jalan hidupnya sering mendapatkan finah.
Itulah sebabnya, dibalik kesuksesan Jokowi selalu dibayang-bayangi kabar miring, perihal kepribadian dan jatidirinya. Sejak dicalonkan Wali Kota Solo, hingga pemilihan Gubernur DKI, Jokowi tak lepas dirundung fitnah dari empat penjuru mata angin. Terlebih selama pencalonan presiden, hingga ditetapkan calon  presiden terpilih, dan pelantikannya sebagai pucuk pimpinan negeri, fitnah yang ditujukan kepada dia maupun keluarganya, silih berganti tiada henti.
Walau demikian, dibalik aura spiritual negatif itu, sebenarnya juga ada sisi positifnya. Perhitungan paarasan  weton Jokowi yang berjumlah 14, juga dilambangkan Lakuning Rembulan,  sepanjang hidupnya akan selalu disenangi dan disegani banyak orang.
Tak aneh, mantan pengusaha mebeler ini, baik dalam dua kali pemilihan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI,  meraih dukungan dan simpati tertinggi. Demikian juga dalam Pilpres 2014, Jokowi terbukti meraih suara lebih banyak katimbang lawan politiknya.  
Selain itu, Lakune Rembulan juga mengisaratkan sebagai orang yang penuh keberuntungan, karena setiap tindakannya dirancang dan direncanakan secara cermat serta penuh hati-hati. Jokowi juga ditaqdirkan sebagai pekerja keras, tidak mudah putus asa, terbuka menerima kritik orang lain, dan sangat memikirkan nasib wong cilik.  
Perihal kimitmennya terhadap rakyat yang memberikan amanah kepadanya, dia juga sangat klop dengan perhitungan Pranato Mongso  kelahirannya. Candra Mangsa Sadha  yang disandang Jokowi, Tirta Sah Saka Sasana  arti secara harfiahnya air lenyap dari tempatnya.  
Kehidupannya sangat dipengaruhi Batari Sri dan Batara Sadana, keduanya dewa dan dewi pembagi rejeki kepada umat manusia. Selain dikaruniai kecerdasaan dan kuat fellingnya,  juga pandai bergaul dan dapat menempatkan diri dengan tata krama serta penampilan  yang mengesankan.
Angka kelahiran  Jokowi masuk hitungan wuku  kesepuluh, nama wuku-nya Sungsang, candra wuku-nya ‘kesaput ing mendhung’, ingin selalu beramal baik, dan rela berkorban. Selebihnya Jokowi juga diselimuti aura spiritual ‘telur naga emas’, jikalau telah menetas dan pecah, aura anak naga emasnya tak dapat dibendung,  akan menebar ke seluruh penjuru dunia.
     Telur naga emas Jokowi menetas di pencalonannya Wali Kota Solo, itulah sebabnya  dia terpilih hingga dua periode, belum habis masa jabatannya di Kota Bengawan, Jokowi sukses melenggang ke Ibu Kota terpilih sebagai Gubernur DKI. Dan, di tahun 2014 ini karir politik dan kepemimpinannya melonjak drastis, terpilih sebagai Presiden RI tahun 2014 – 2019. [*]

Rabu, 05 November 2014

Nutrisionis Nurhayati, SST

Nutrisionis Nurhayati, SST
SERIBU HARI MENGANTAR BALITA

KEBERHASILAN NURHAYATI MELAWAN STUNTING (KEKERDILAN)  DI GANTIWARNO, KLATEN, MEMBUAHKAN ANUGRAH TENAGA KESEHATAN TELADAN NASIONAL.

foto : kustawa esye/ cempaka
KEPRIHATINAN Nurhayati, SST terhadap kian meningkatnya kasus stuting atau kekerdilan anak di daerahnya, menghantarkan nutrisionis di Puskesmas Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ini meraih penghargaan Tenaga Kesehatan Teladan Nasional.

“Stunting sebenarnya merupakan masalah kesehatan yang sangat serius, karena dampaknya sangat berpebgaruh terhadap kualitas generasi bangsa,” kata alumni DIII Gizi Akademi Gizi  Yogyakarta lulus 1996 dan DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta tahun 2011 tadi. 

Dampak buruk  stunting jangka pendek, menurut Nurhayati menyebabkan terganggunya perkembangan otak, menurunkan kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme tubuh. Sedangkan resiko jangka panjangnya, menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya percaya diri, berkurangnya kesempatan pendidikan dan pekerjaan.

Anak yang terlahir kerdil, lanjut Nurhayati yang diangkat PNS dan ditugaskan di Puskesmas Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, sebagai nutrisionis sejak 1 Juni 2006,  beresiko juga obesitas (kegemukan) dan beresiko tinggi terhadap penyakit degeneratif. Baik diabetes mellitus, hipertensi, dan jantung koroner di usia tua.

“Stunting sangat berdampak juga menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, menurunkan produktivitas, bahkan daya saing bangsa dan negara kita,” jelas warga Dukuh Prapatan RT 03 RW 02, Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, tadi.

Dia jelaskan juga, di Kecamatan Gantiwarno tahun  2010 ditemukan 33 persen balita tergolong stunting, kasus ini dialami satu dari tiga anak. Setelah program perbaikan gizi berjalan, tahun 2013 jumlah balita stunting turun jadi 16 persen. Tak hanya di wilayah kerjanya, skala nasional menurut dia hingga tahun 2012 lalu, sedikitnya tercatat 36 prosen Balita Indonesia terkena stunting.

Di Kecamatan Gantiwarno, sebagaimana dijelaskan istri Wahyu Joko Susanto, SPd, yang kini mengajar di  SMA N 1 Wedi, Klaten, tadi tingginya kasus stunting lebih dikarenakan kurangnya kesadaran ibu rumah tangga terhadap pemenuhan gizi dan pemberian air susu ibu (ASI) kepada Balita-nya. 
foto: kustawa esye/cempaka
“Tahun 2006 lalu, setelah gempa bumi dahsat mendera daerah kami bantuan susu formula melimpah ruah. Justru karena itulah yang memicu ibu-ibu malas menyusui bayinya, hingga banyak anak-anak yang kekurangan gizi,” kisah ibu dua anak, Fauzi Hizbullah dan M Farhan Fadhlillah tadi, diwawancarai di sela-sela  acara ‘Lomba cipta menu Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA) berbasis pangan lokal’ di Pendopo Kantor Kecamatan Gantiwarno,  Kamis lalu.

Upaya pencegahannya, menurut Nurhayati melakukan perbaikan gizi sejak ibu rumah tangga sebelum hamil, pada saat hamil dan setelah melahirkan hingga bayinya berusia dua tahun. Program yang dia rintis sejak tahun 2006 ini, dinamai ‘Games Ganti Canting’ atau Gerakan Masyarakat Gantiwarno Cegah Stunting. Pelaksanaannya di tengah masyarakat, direalisasikan dengan gerakan terpadu yang melibatkan banyak elemen masyarakat maupun berbagai steak holder terkait.

Program yang disebut juga pemantauan dan pengawalan 1. 000 hari sejak awal kelahiran anak ini, lanjut dia dimulai dengan diadakannya konseling terhadap calon pengantin, pengukuran hemoglobin, dan pengawalan pemberian air susu ibu dengan Kartu Kawal ASI. Intuk itu juga, Nurhayati gigih dan tiada kata lelah melakukan demo pembuatan makanan pendamping ASI, terutama di setiap kegiatan Posyandu hingga ke pelosok desa.

“Alhamdulillah, gerakan mencegah ketidaksesuaian tinggi badan ini mendaapat dukungan pro aktif dari semua pihak. Tidak hanya camat dan kepala desa se Kecamatan Gantiwarno, tokoh-tokoh agama pun ikut mempromosikan melalui ceramah agama yang diselenggarakan masyarakat,” kiat alumni SDN 1 Karangturi  tahun 1987, SMP N 1 Wedi tahun 1990, dan SMA 1 Klaten tahun 1993 tadi. Buah program kemasyarakatan yang dia pelopori tadi, Tahun 2009 lalu, Kecamatan Gantiwarno ditetapkan sebagai Kecamatan Sayang Bayi. 
 Prestasi lainnya yang pernah juga diraih Nurhayati antara lain Juara III Nutrisionis teladan Kabupaten Klaten tahun 2009, Wisudawan berprestasi III Jurusan DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta tahun 2011, Juara I Nutrisionis teladan Kabupaten Klaten tahun 2013, Juara I Lomba Penyuluhan Kader PKK Provinsi  Jawa Tengah tahun 2014, Juara I Nutrisionis teladan Provinsi Jateng tahun 2014, dan Juara I Tenaga Kesehatan Teladan  Nasional tahun 2014.

foto : kustawa esye/ cempaka
Prestasinya tingkat nasional itulah yang membawanya ke Istana Negara, Agustus lalu Nurhayati mengikuti  upacara HUT Kemerdekaan RI ke-69 bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain dapat berada begitu dekat dengan Presiden dan Ibu Negara, kala itu dia juga mengaku berkesempatan ramah tamah dengan Menteri Kesehatan, mengunjungi gedung DPR, dan jalan-jalan ke Dufan dan Monas.

Berbagai kegiatan di Ibu Kota tadi, menurutnya dilaksanakan seusai menerima penghargaan sebagai tenaga kesehatan teladan nasional, bersama para teladan lain berbagai kategori dan daerah lain. Satu hari sebelumnya, Nurhayati memaparkan makalahnya perihal ‘Gerakan Masyarakat Gantiwarno Cegah Stunting’ atau disingkat ‘Gemas Ganti Canting’ dihadapan empat juri dari Kementerian Kesehatan.

Para nominator tingkat nasional selain Nurhayati terbagi dalam empat kategori, yakni medis (dokter dan dokter gigi), paramedis (perawat dan bidan), kesehatan masyarakat (tenaga kesehatan lingkungan, analis), dan gizi. Masing-masing kategori diambil satu makalah terbaik, kemudian dipresentasikan di depan juri dari Kemenkes.

Berbekal pengalaman kegigihan dan keuletannya menjalankan program ‘Gemas Ganti Canting’ di masyarakat plus kepiawiannya presentasi, nutrisionis yang telah beberapa tahun sukses menurun drastiskan kasus stunting di daerahnya tadi, meraih juara I Tenaga Kesehatan Teladan Nasional tahun 2014, mengungguli 135 pesaingnya dari 33 provinsi se Indonesia.   [kustawa esye]

www.tabloidcempaka.com [Suara Merdeka Network]
Edisi: 32 -XXV - 1 s/d 7 Nopember 2014 - Hal 27 - cermin

Minggu, 02 November 2014

SPIRIT SPIRITUALE SURA

SPIRIT SPIRITUALE SURA

Dening : Kustawa Esye
Pangarsa Komunitas Kiai Damar Sesuluh
(Spirit Religius, Cultural & Education)

 WULAN Sura nut piwulang spirit spiritual jiwa jawineng wong Jawa, dimaknani wulan laku prihatin. Akeh uga kang nganggep wulan Sura titiwancine mawas dhiri, wektune kontemplasi nyuceni reregeting jiwa lan leletheking ati. Merga pamawas iku, sasuwene wulan Sura kaanggep ora trep lan pantes ngadani adicara mangku gawe kang asipat suka-parisuka lan andrawina.  
Laku spiritual sajroning pucuking warsa nut pananggalan tahun Jawa iki, saliyane ngrancang lan nata kapribadhen, kang ora kena dilalekake uga kudu ngendhalekake kapribaden. Kanthi lelandhesan kakuwatan lan kasadharan spiritual, diyakini sakehing bot repot bisa kasirnakake lan kaleksanan sakehing gegayuhan luhure.
Sura, nut tradhisi lan kapercayaning wong Jawa, diyakini uga minangka wulan angker lan sakral. Masyarakat kang ngudi lan nduweni talenta sensitivitas spiritual alam tan kasat mata (asring sinebut uga indra kaenem) wulan Sura dianggep luwih kenthel aura mitologi mitos mistise tinimbang 11 wulan liyane.
Sura kang ateges ‘dewa’ jroning bahasa Jawa Kawi lan dimaknani ‘wani’ ing kamus bahasa Jawa gagrag anyar, diprecaya uga minangka wulan paling trep kanggo ngesuh budi lan ngleremake jiwa raga, sinebut uga wektu kang jitu (siji banding pitu) kanggo nyadhong berkah karomah uga kanugrahane Gusti Kang Maha Welas lan Asih.
Tumapaking wulan Sura, titiwancine ngayahi kuwajiban luhur laku spiritual. Reresik raga katindakake jroning tradhisi ritual njamasi maneka warna barang aji kang kaanggep pusaka, reresik papan pangibadahan, mbesiki makam leluhure lan liya-liyane. Dene nyuceni jiwa dilakoni kanthi laku prihatin puasa, tirakatan, mawas dhiri, kontemplasi lan ngesuh budi.
Makna filosofi wulan Sura jroning budaya lan mitologi mitos mistis kejawen iku kang ngilhami Sultan Agung Hanyakra Kusuma. Tanggal 08 Juli 1633 Masehi, panjenengane kasil nyawijekake pananggalan tahun Jawa kaliyan pananggalan Islam, tahun Hijriyah.
Akulturasi petung tahun Jawa kang sadurunge adhedhasar pananggalan syamsiah (laku jantrane srengenge), diganti petung penanggalan komariah (adhedhasar laku jantrane rembulan). Merga pananggalan karya ciptane Raja Mataram Dinasti Islam Kapisan iku uga, laku jantra tumapake tanggal 1 Sura (nut petung pananggalan tahun Jawa), tansah tumbuk neptu dina pasaran karo tumapaking tanggal 1 Muharam (miturut petung pananggalan tahun Hijriyah).
Sinebut akulturasi kang kebak kawicaksanan, merga adhedhasar kayakinan agama (Islam) lan saripatining kabudayan Jawa. Tan aneh, karyane Sultan Agung Hanyakra Kusuma kang banget adiluhung iki, kajaba dadi pralambang manunggaling bebrayan agung, uga minangka bukti nyata golong-gilige karukunan utawa toleransi antarumat kang ngrasuk agama ing Tanah Jawa.
Kabudayan Jawa lan agama Islam, wiwit jaman bahulak pancen dudu entitas kang mancing debat kusir, apa maneh njalari crah-congkrahing sakehing warga masyarakat. Pamawas Islam kejawen kang luwih ngutamakake isi katimbang kulite, pancen luwih pas mring citarasa ciri khas-e budaya lan filosofi uripe lan panguripane wong Jawa jroning bebrayan agung.
   Sakeh piwulang utama lan gegayuhan luhuring Sultan Agung Hanyakra Kusuma mau, tan liya minangka tataran laku spiritual-ing manungsa kanggo nggayuh kasampurnaning urip, manunggaling kawula Gusti. Kang sarat saranane tan kena ora kudu ngliwati tataran insan kamil. Yaiku manungsa kang kandel iman ketakwaane mring Gusti Allah, sabar, jujur, lembah manah tan pegat pasedulurane, suka tetulung liyan brayan lan sapanunggalane. [*] 
Kapethik saka JAGAD JAWA SOLOPOS Edisi : Kamis, 09 Desember 2010 , Hal.VII

Kamis, 30 Oktober 2014

Oncating Jatidhiri Among Tani

Jagad Jawa Solopos, Kamis 22 23 September 2011  | |

Oncating Jatidhiri Among Tani

Kustawa Esye
Pangarsa Komunitas Kiai Damar Sesuluh (Spirit Religious, Cultural & Education)


     JATIDHIRI jiwa jawaning wong Jawa, tan wani mblenjani lan mbalela mring paugeran pranatan kawicaksanane alam saisine. Nut cathetan sujarah adeging Nusantara, kanggo nggayuh kamulayaning urip, uga srana saya gemah ripah loh jinawine bumi agraris iki, kajaba tansah ngupaya laras-leres imbanging alam, leluhur kita uga rumangsa wajib rumeksa tetep lestarine bumi pertiwi. 
     Kanggo nggulawentah tegal sawah lan olah tetanen sakehing tetuwuhan, conto cetane. Para leluhuring bangsa Indonesia, ngripta lan maresake petung pranata mangsa mring generasi panerus perjuwangan uripe. Petungan mangsa asli karya ciptaning wong Jawa iku, sarasilahe luwih tuwa tinimbang perhitungan musim kelairan uga darbeke bangsa lan negara liya. 
       Murih bisa dadi gondhelane para among tani jroning ngolah tegal sawah lan nggulawentah tetuwuhan kang tinandur, pangriptaning pranata mangsa iki diselarasake lan dijumbuhake mring laku jlantrane bapa angkasa, cakramanggilingane ibu bumi. Trekah pokalgawene sato kewan, lan ilmu palintangan. 
     Perangane pranata mangsa kang uga adhedhasar petung pananggalan taun Jawa iki, kapilah-pilahake dadi patang mangsa. Mangsa rendeng titiwancine udan nggrejeh saben dina, mangsa mareng titiwanci pancaroba enteking mangsa rendeng. Mangsa katiga wis tiba titiwancine terang tan ana udan. Kapapat sinebut mangsa labuh, mangsa pancaroba ndungkap tumekane mangsa rendeng.  
    Amarga petung pranata mangsa iki nganut paugeran pranatan kawicaksanan lan abot-entenge alam saisine, kajaba njalari panggulawentah pangolahe tegal sawah luwih ngirit tenaga lan prabeya, asil panenane uga luwih jentes mentes amarga tan kaserang ama tanduran. 

      Jatidhirine Among Tani
     Miwiti nandur pari, contone. Murih tanduran lan asiling olah tetanen kalis  maneka rupa ama pari, kayata sato kewan tikus sawah lan sabangsane iber-iberan (wereng, walang sangit, klaper lan serangga liyane), ceblok tandure winih pari kawiwitan sawise lintang luku katon jumedhul ing angkasa. 
      Nut etungane pranata mangsa kang wis dititeni para among tani, diyakini lan bisa dipesthekake, tibaning titi wanci ngadhepi panen pari jumbuh tumiba mangsane ama pamangsa pari golek pangan. Wektune ula sawa metu saka rong pandhelikane, nguber-uber tikus sawah. 
    Titi wanci iku uga tiba kalamangsane manuk predator alami ama pari, oncat saka susuhe nguber sakeh iber-iberan lan uler ama pari kayata wereng, walang sangit lan liya-liyane. Tan aneh lan mokal, tandurane para among tani biyen kalis saka sakehing ama, tundhane wulu pawetune mentes tetas malimpah ruah.
     Emane, sakeh kearifan lokal kang kandhut jroning jatidhiri jiwa Jawaning wong Jawa, warisan adi luhunging leluhur kita mau tan dipepetri lan dilestarekake. Ora mung mbalenjani, rinasa saya akeh wong mbalela mring paugeran pranatan kawicaksanane alam. 
    Para among tani uga saya akeh kang koncatan jatidhirine. Amarga tan migunakake pranata mangsa jroning ngolah tegal sawah lan nggulawentah tandurane, katambah srakah lan kejeming mring alam saisine, nemahi saya wiyar tebane karusakan lingkungan lan saya njomplange kasaimbangan, kasalarasan alam saisine.
     Sakehing predator alami diburu dipateni, ana kang dipangan, ora sithik uga kang didadekake barang komoditi. Sato kewan lan iber-iberan ama tanduran saya ngrembyah kathah, njarah rayah sakeh tanduran ing tegal sawah. Klebu tanduran bahan pokok pangan, maneka jinis pari kang ora nyisa kaserbu ama wereng sak oyot-oyote.  
    Cara nanggulangi lan mbasmine sakehing ama tanduran uga tan bisa maneh srana sato kewan predator alami, para among tani pilih mbasmi nganggo manekawerna racun pestisida, kasemprotake sawiyare tegal sawahe.  [*/]

Sabtu, 25 Oktober 2014

Insani Tabloid Cempaka

Insani Tabloid Cempaka

Lintasan Balap si Loper Koran


image
 Setiap pagi, Diana harus ngebut mengantar koran ke tangan pelanggan. Rutinitasnya sebagai loper koran itu, mengantarnya menjadi pembalap perempuan berprestasi.
Dialah Diana Crystal Lukmawati. Satu-satunya perempuan pembalap di Jawa Tengah yang mendulang prestasi di arena motor race nasional dari seorang loper koran. ''Saya membantu ayah menjadi loper ko­ran sejak kelas enam sekolah dasar,'' ungkap gadis kelahiran Karanganyar 17 April 1995 yang akrap disapa Lukma itu kepada Cempaka.
Hingga sekarang, kendati sudah sarat prestasi di lintasa balap, ia masih rutin mendistribusikan berbagai media cetak ke pelanggan. Lukma, mengaku tak gengsi membantu orang tuanya. Ia harus bangun lebih awal, menyapa dinginnya embun pagi dan menempuh perjalanan tak kurang 35 km setiap hari. Orang tuanya, Ponco Arisnanto dan Siti Nurhayati, adalah pemilik Nonik Agency. Sekalipun mereka berstatus Pegawai Negeri Sipil, mereka juga berwiraswasta sebagai agen beragam penerbitan media cetak.  Bisnis itu bahkan telah mereka lakoni sebelum Lukma lahir. Hingga kini. Lukma menjadi salah satu lopernya.
foto : kustawa esye
Setiap pagi, mulai pukul 04.30, Lukma yang tercatat sebagai mahasiswi semester tiga, Jurusan Ekonomi Managemen, universtias di Solo itu harus mengantar media cetak kepada 78 pelanggan, 11 sub agen dan beberapa pengecer. Bahkan tak hanya itu, sore harinya sepulang kuliah dia masih mengambil beberapa penerbitan berkala, baik tabloid maupun majalah. Dia setiap hari menggeber motornya agar koran-koran itu bisa lebih cepat sampai di tangan pelanggan. ''Dari rutinitas loper koran itu, saya belajar membalap,'' ungkap Lukma yang oleh teman-temannya akrap juga disapa Diana.
Satu-satunya perempuan pembalap di Jawa Tengah ini, mengaku tak pernah belajar adu cepat sepeda motor secara formal. Pelajaran diperoleh secara autodidak yang dia terapkan, dengan melihat para pembalap saat beradu kompetisi. Setelah itu, Diana mempraktekkan di area terbuka, tidak di jalan raya. Sedangkan untuk melatih keseimbangan badan saat bersepeda motor, alumni SMPN 3 dan SMAN 2 Karanganyar itu, mengaku banyak belajar dari aktifitasnya sebagai loper koran. Dia saban hari blusukan di gang-gang sempit yang berliku, bahkan melewati jembatan yang lebarnya tak lebih dari setengah meter. Itulah yang mengasah kemampuannya. ''Agar pelanggan tak kecewa, mengantar koran harian yang terbit pagi harus tepat waktu. Saya usahakan, sebelum pelanggan berangkat kerja koran tersaji di rumah mereka,'' ungkap Diana yang mengaku pertama kali berlaga di arena adu cepat di Alun-alun Karanganganyar pada 2009 saat duduk di bangku kelas tiga SMP. Pada saat itu, dia menggunakan motor bekas untuk loper yang dimodifikasi ayahnya. Meski gagal di ajang perdana, Diana tak patah arang.
 Puncak Prestasi
Hanya dalam hitungan bulan, pada 2010, gadis yang bertempat tinggal di Perum Korpri No. 203 Popongan, Kabupaten Karanganyar itu meraih juara 3 Geber Suzuki. Dua tahun berikutnya, Diana meraih runner up Final Matic Race Cianjur, Kelas Matic std 115 cc khusus wanita 2012. Se­pan­jang 2013, dia berhasil me­ngoleksi empat pia­la. Selain dari sirkuit Indramayu, Diana menyabet juara kedua kelas matic standar 115 cc khusus wanita pa­da ajang Yamaha Cup Race Pekalongan. Sebelumnya, dia juga menempati peringkat tiga kejua­raan pada kelas yang sama di Subang  dan Sentul.
Tahun 2014 ini, menjadi era paling hoky bagi dia. Buktinya, tak kurang 14 piala ketangguhan dan kecepatan bersepeda motor berhasil diraih. Beberapa di antaranya Juara 2 Matic Race Serang, Juara 1 Matic Race Banjar, Juara 2 Motor Prix Region 2 Putaran 5 di Serang, Juara 4 Syawalan Cup SAC Kutoarjo, dan Juara 2 Motor Prix Putaran 6 di Yogyakarta, Juara 4 Honda Racing Championship Putaran 3 di Malang.
Kendati tidak semua ajang balap motor menggelar klasifikasi khusus wanita, namun tiada pernah menyurutkan nyali gadis yang dikenal lembut, tetapi  ‘garang’ di lintasan balap. Buktinya, dia selalu berani dan percaya diri beradu kebut dengan para pembalap pria. Dalam kompetisi di Kota Gudeg,  belum lama ini misalnya. Diana meraih piala di semua kategori.
Prestasi gemilang yang diraih gadis dari lereng barat Gunung Lawu itu, jelas jadi modal positif Diana untuk mendongkrak karirnya. Pengagum pembalap MotoGP Marc Marquez itu, sekarang telah sukses menggapai puncak klasemen, setingkat atau sekelas dengan Pikachu, perempuan pembalap dari Team Kanan-Kiri Duck Jawa Timur.
Karena itulah, dia akan berusaha maksimal menggeser Pikachu, pembalap senior  yang pernah satu tim dengannya. 
Orang tuanya pun terus mendukung. ''rena sudah menjadi pilihannya, kami sekeluarga selalu memberi suport dan spirit untuk Diana. Kalau pun saya tidak dapat mengantar saat bertanding, ibunya pasti akan mendampingi dia,'' ungkap Ponco Aris Nanto. Menurut ayah Diana, dukungan dari adiknya, Monita juga melecut Diana meraih prestasi tertinggi.
(kustawa esye)
www.tabloidcempaka.com 19 September 2014 | 15:04 wib | Kisah

Jumat, 24 Oktober 2014

Inspirasi Tabloid Cempaka

Inspirasi Tabloid Cempaka


Kerenyahan Waralaba Keripik Buah

image
foto : kustawa

Sebelum ada industri rumahan pengolahan keripik buah, hasil panen petani buah yang tak laku dibiarkan membusuk alias terbuang sia-sia.
TAK semua usaha yang sukses berbekal penguasaan teknis dan keterampilan. Contohnya, industri rumahan Madiri Putra Jaya milik Arohman Mustofa. Perintis usaha waralaba olahan buah-buahan itu kini beromzet bulanan Rp 600 juta rupiah lebih. Mustofa memulai usaha tanpa bekal teknis dan keterampilan memproduksi keripik buah-buahan. Dia tertarik memproduksi aneka keripik buah-buahan karena yakin peluang pasar sangat menjanjikan.
Berbekal pengalaman sebagai penjual apel dan beragam buah lain di sebuah kios oleh-oleh di kotanya, pria hanya mengenyam pendidikan formal hingga SMP itu punya ide mengolah buah-buahan menjadi keripik. Dia     ingin mengolah buah-buahan itu menjadi tahan lama dengan harga jual tinggi. Sebab, ujar warga Dukuh Tulungrejo, Desa Gerdu, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, itu, buah apel makin melimpah ruah di daerahnya.
"Saat itu, home industry keripik apel belum sebanyak saat ini. Masih langka," kata Mustofa kepada Cempaka dalam perjalanan jurnalistik wartawan bersama Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Karanganyar.
Untuk mewujudkan gagasan itu, dia memesan mesin pengering buah dari Bandung, Jawa Barat. Mustofa pun belajar teknis pengoperasian mesin pengering buah secara autodidak. Pada 1995, barulah dia merintis usaha itu.
foto : kustawa esye


Pemberdayaan Masyarakat
Mustofa menuturkan mengolah apel menjadi produk bernilai jual tinggi tak semudah yang dia bayangkan. Secara teknis harus melalui beberapa tahap proses produksi yang cukup rumit dan panjang. "Dari pemilihan atau seleksi kelayakan apel, pembersihan dengan penyemprotan, pengupasan, pengirisan, sampai perendaman dalam air," katanya. 
Setelah itu, irisan apel disimpan dalam lemari pendingin (freezer) hingga  24 jam. Lalu, diopen selama dua jam, digoreng, ditiriskan, dikemas, baru dipasarkan. Dia mengatakan, buah apel yang telah diiris harus dimasukkan ke lemari pendingin agar keras dan tidak melar. Produk dikemas dengan alumunium foil agar tahan lama hingga setahun, meski tanpa bahan pengawet. "Kalau dikemas dengan plastik biasa hanya bisa bertahan tujuh bulan," kata Mustofa. 
Sebelum ada industri rumahan pengolahan keripik buah, hasil panen petani buah yang tak laku dibiarkan membusuk alias terbuang sia-sia. Setelah berdiri usaha itu dan puluhan UKM keripik buah, seluruh panen petani buah, terutama apel, tak terbuang sedikit pun. 
Untuk memperbaiki perekonomian masyarakat sekitar, baik usaha Mustofa maupun puluhan UKM binaannya, sepakat memanfaatkan tenaga kerja manusia ketimbang memakai mesin. Mustofa menyebut, Madiri Putra Jaya merekrut 48 orang karyawati. Setiap hari mereka mampu mengolah tak kurang dari 7 kuintal buah-buahan menjadi keripik. 
Omzet setiap bulan antara Rp 600 juta dan Rp 750 juta itu, kata dia, belum termasuk 20 lebih UKM binaannya. Selain menjadi oleh-oleh khas dari Kota Batu, keripik apel dan keripik nangka Mustofa telah merambah pasar berbagai kota. Ya, keripik buahnya telah dipasarkan di Surabaya, Denpasar, Sumbawa, Solo, Semarang, Jogyakarta, Jakarta, Balikpapan, dan Batam. Keripik buah apel dan nangka yang dikirim ke berbagai penjuru kota itu dikemas 50 gram, 100 gram, 200 gram, 250 gram, 500 gram, dan 1 kilogram. Harga bervariasi, tergantung pada jenis keripik buahnya dan berat produk. 
"Lima tahun terakhir banyak permintaan dari luar negeri. Namun karena produk kami sangat tergantung pada bahan baku buah-buahan musiman, kami belum dapat memenuhi," tutur dia. Padahal, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah dapat mengirim produk secara rutin dengan jumlah sama. Bahkan kalau bisa selalu meningkat.  (kustawa esye)
www.tabloidcempaka.com  26 September 2014 | 14:41 wib | Prospek

KIAI DAMAR SESULUH

Spirit Spiritualnya 

KOMUNITAS KIAI DAMAR SESULUH


     NAMA Kiai Damar Sesuluh, merupakan anugrah paling berharga dari ‘dalang setan’ Ki. Manteb Sudarsono dan Drs. H. Yuliatmono, MM [Keduanya Dewan Penasehat komunitas kami]. Sebagaimana didambaharapkan semua pihak, sebutan yang tercipta dari diskusi dan permenungan panjang tadi, tidak sekedar nama. Benar-benar jadi asma dan japa mantra [gatra yang beraura religius] dan minangka pandonga (kesungguhan spirit dan kekhusukan spiritual doa]. 

     Komunitas Kiai Damar Sesuluh, berdiri 24 Agustus 2008, sebagai institusi nirlaba berhimpunnya para seniman budayawan berbagai media seni tradisional maupun kontemporer. Selain komitmen terhadap seruan dan gerakan moral spiritual, juga berupaya menancapkan kembali akar budaya yang tercerabut dari jatidiri bangsa. Aktifitas konkritnya, menggali dan merekunstruksi adat tradisi maupun seni budaya adiluhung [warisan para leluhur bangsa, Wali Allah, tokoh spiritual, pujangga, seniman dan budayawan] yang sarat nilai–nilai religius, filosofi kehidupan dan pesan moralitas.
     Jatidiri dan eksistensi Komunitas Kiai Damar Sesuluh, sebagai wahana mengekspresikan dan mempublikasikan beragam karya cipta seni budaya yang lebih mengedepankan aspek spiritiual religius, cultural dan education. Hingga kini telah beranggotakan puluhan seniman budayawan berbagai media dan komunitas seni. Seniman-seniwati pakeliran, sastrawan, teaterawan, musisi, vocalis, senimatografi, pambiwara dan pandemen seni budaya lainnya.
     Karya cipta perdana Komunitas Kiai Damar Sesuluh, “Pagelaran Multimedia Istiqfar Pangruwating Nagari” dipentaskan di Gedung DPRD Karanganyar, juga di Sanggar Bima Karangpandan, dan beberapa kota lainnya. Buah kreatifitas lainnya Pagelaran Multimedia Seni ‘Sang Satriya Piningit’ [sebagai sosialisasi Pilpres 2009], ‘Opera Jalu Intan’ [Launcing Pilkada Karanganyar 2013] Pagelaran Multimedia Seni ‘Gurit Pritgantil Kidung Pemilu’ [ sebagai sosialisasi Pilgub Jateng 2013] 
     Agustus 2008, Komunitas Kiai Damar Sesuluh mendapat dua Anugrah Bhakti Budaya dari Yayasan Pusat Budaya Nusantara, kepada Kustawa Esye (Ketua Kamunitas Kiai Damar Sesuluh) atas karya ciptanya ‘Istiqfar Pangruwating Nagari’, dan kepada Komunitas Kiai Damar Sesuluh, atas keberhasilannya merekunstruksi seni tradisional menjadi pagelaran mariultimedia seni kontemporer. 
   Selebihnya, Komunitas Kiai Damar Sesuluh juga telah puluhan kali menggelar event seni budaya. Diantaranya, musikalisasi geguritan, tadarus puisi, rerepen macapatan, pagelaran ketoprak, sarasehan spirit spiritual, seminar memaknai jiwa jawine wong Jawa, dan lainnya.  [*]